Sekilas kedua istilah ini seolah sama dan semakna. Padahal, diperlukan kejelian dan ketelitian dalam menyebut kedua istilah ini, khususnya pada saat mempelajari ilmu nahwu dan sharaf.
Sebab keduanya memiliki letak perbedaan, di samping persamaan. Lantas, apa saja persamaan dan perbedaannya?
Persaman dan Perbedaan Fail dan Isim Fail
Fail dan isim fail sama-sama menunjukan makna pelaku (subjek) suatu perbuatan. Oleh karena itu, kata kunci dalam mencari posisi keduanya sama-sama menggunakan kata tanya siapa atau apa.
Meski keduanya sama-sama pelaku, namun keduanya terdapat letak perbedaan. Apa sajakah perbedaan itu?
Fail adalah kedudukan atau jabatan kalimat sebagai isim marfu yang dipelajari dalam ilmu nahwu. Sedangkan isim fail adalah sighat فَاعِلٌ yang dipelajari dalam ilmu sharaf.
Namun, keduanya saling berhubungan, sebab isim fail dari segi kedudukan kalimat berkedudukan sebagai fail.
Hal yang harus digarisbawahi adalah meski isim fail adalah fail, namun yang menjadi fail tidak selamanya bersighat isim fail. Artinya, fail lebih umum daripada isim fail.
جَاءَتِ الْبِنْتُ
"Seorang anak perempuan telah datang"
جَاءَ مُحَمَّدٌ
"Muhammad telah datang"
Perhatikan contoh di atas! Ketika pelakunya adalah الْبِنْتُ atau مُحَمَّدٌ، kedua contoh ini berkedudukan sebagai fail namun tidak berbentuk isim fail.
Adapun contoh fail yang bersighat isim fail adalah sebagai berikut.
سَأَلَ سَائِلٌ
"Seorang penanya telah bertanya"
جَاءَ خَاطِبٌ
Khatib telah datang
Baik سَائِلٌ maupun خَاطِبٌ، keduanya sama-sama bersighat isim fail dan berkedudukan sebagai fail.
Dari contoh di atas, dapat kita peroleh gambaran bahwa tidak setiap kalimat yang berkedudukan sebagai fail selalu berbentuk isim fail.
Perbedaan berikutnya adalah isim fail sebagai suatu sighat yang bisa ditashrifkan. Artinya kalimat yang berkedudukan fail yang bukan isim fail tidaklah bisa ditashrifkan.
Misalnya seperti contoh مُحَمَّدٌ. Kalimat isim ini tidak bisa ditashrifkan sebagaimana isim fail karena sighatnyapun bukan isim fail.
Meski tidak bisa ditashrifkan, ada kedudukan fail yang bukan isim fail namun memiliki varian bentuk mufrad, mutsana, jama.
Misalnya: بِنْتٌ yang menunjukan mufrad, بِنْتَانِ menunjukan mutsana dan بَنَاتّ menunjukan jama.
Berbeda dengan fail yang bersighat isim fail, maka ia bisa ditashrifkan sebagaimana tashrif isim fail sehingga menjadi seperti berikut ini.
سَائِلٌ - سَائِلَانِ - سَائِلُوْنَ - سَائِلَةٌ - سَائِلَتَانِ - سَائِلَاتٌ
خَاطِبٌ - خَاطِبَانِ - خَاطِبُوْنَ - خَاطِبَةٌ - خَاطِبَتَانِ - خَاطِبَاتٌ
Nah, sekarang paham kan? Ternyata, fail dan isim fail itu bukan satu makna, ada letak-letak perbedaan dan persamaan yang membuat kita lebih memahami kedua istilah yang mirip ini.