Ilmu Badi | Al-Muhassinat al-Ma'nawiyyah

Ilmu Balaghah: Ilmu Badi dari segi keindahan maknawi

 

Ilmu-badi-muhassinat-maknawiyyah

Ilmu badi' menurut bahasa adalah المختر dan الموجد yang artinya sesuatu yang baru.

Sedangkan menurut istilah adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan kalam yang sesuai dengan keadaan.

Jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna, maka disebut al-muhassinat al-ma'nawiyyah. Sedangkan jika aspek-aspek keindahan itu berada pada lafadz, maka disebut al-muhassinat al-lafzhiyyah.

Al-Muhassinat al-Ma'nawiyyah (المحسنات المعنوية)

Ada 17 macam al-muhassinat al-ma'nawiyyah.

1. At-Tauriyah (التورية)

At-tauriyah adalah salah satu uslub (gaya bahasa) yang menggunakan kata yang multi makna, tetapi yang dimaksud adalah makna yang jauh (makna ba'id), bukan makna dekat (makna qarib). Hal itu karena ada qarinah yang khafi' (samar).


Contohnya firman Allah Ta'ala:

وَ هُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِا اللَّيْلِ وَ يَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِا النَّهَارِ


Dari ayat di atas, maksud lafadz ما جَرَحْتُم,

Makna dekat: sesuatu yang kalian lukai

Makna jauh: dosa yang kalian kerjakan

Adapun qarinahnya, berdasarkan kelanjutan ayat tersebut:

ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Berdasarkan qarinah tersebut, maka makna yang dimaksud adalah makna jauh.


2. Ath-Thibaq (الطباق)

At-Thibaq adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam satu kalimat. 

Ada yang berupa thibaq dua isim, seperti:

هو الأول و الأخر

Ada yang berupa thibaq dua fiil, seperti:

و هو يحيى و يميت

Ada yang berupa thibaq dua huruf, seperti:

لها ما كسبت و عليها ما كتسبت


3. Al-Muqabalah (المقابلة)

Al-Muqabalah adalah dua kata atau lebih yang diiringi dengan antonimnya secara tertib. Bila digambarkan, sejenis dengan thibaq. Bedanya, bila thibaq meruoakan antonim antar kata, ssdangkan muqabalah merupakan antonim antar kalimat.

Contoh:

إنّ الأبرار لفي نعيم 

و إنّ الفجّار لفي جحيم

Atau seperti:

يريد الله بكم اليسر و لا يريد بكم العسر


4. Mura'ah an-Nazhir (مراعاة النظير)

Mura'ah an-Nazhir adalah keserasian antara dua kata atau lebih yang berpasangan dalam satu kalimat. Keserasian itu melahirkan elemen keindahan berupa harmoni, serta setara yang proporsional.

Contoh:

و هو السميع البصير


5. Al-Istikhdam (الإستخدام)

Al-Istikhdam adalah menyebut suatu lafadz yang memiliki dua makna, kemudian diikuti dhamir yang kembali kepadanya namun dengan makna lain.

Contoh:

فمن شهد منكم الشهر فليصمه

Yang dimaksud الشهر adalah hilal (bulan sabit), adapun dhamir yang kembali padanya maknanya adalah bulan Ramadhan.


6. Al-Jam'u (الجمع)

Al-Jam'u adalah menggabungkan beberapa kata dalam satu hukum.

Contoh:

المال و البنون زينة الحياة الدنيا

المال dan البنون digabungkan dalam satu hukum. Hukumnya adalah زينة الحياة الدنيا.

Contoh lainnya:

إن الخمر و الميسر و الأنصاب  الأزلام رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه

Bahwa khamr, judi, mengadu nasib, berhala, digabungkan dalam satu hukum. Hukumnya adalah رجس (najis).


7. At-Tafriq (التفريق)

At-Tafriq adalah membedakan dua hal yang sejenis disebabkan berbeda hukum.

Contoh:

وما يستوى البحران هذا عذب فرات سائغ شرابه و هذا ملح أجاج

Ayat ini membedakan dua laut. Yang satu air laut yang tawar, segar, enak diminum. Dan yang satu lagi air laut yang asin lagi pahit.


8. Al-Jam'u ma'a at-Tafriq (الجمع مع التفريق)

Al jam'u ma'a at-tafriq adalah masuknya dua kata dalam satu hukum lalu kemudian dipisah berdasarkan sisi masuknya.

Contoh:

خلقتنى من النار و خلقته من طين

Sama hukumnya diciptakan Allah, namun kemudian dibedakan asal diciptakannya. Yang satu dari api, yang satu lagi dari tanah.

Contoh lainnya:

فوجهك كا النار في ضوئها و قلبي كا النار في حرها

Sama hukumya seperti api, namun dipisah oleh wajh asy-syibh yang berbeda. Wajahmu seperti api dalam hal sinarnya. Sedangkan hatiku seperti api dalam hal panasnya.


9. At-Taqsim (التقسيم)

At-taqsim itu mencakup beberapa pengertian. Taqsim dapat diartikan menyempurnakan bagian-bagian sesuatu. Seperti firman Allah:

له ما في السموات و الأرض و ما بينهما و ما تحت الثرى

Bisa juga diartikan menyebutkan beberapa kata dan dikembalikan kepada masing-masjng kata tersebut secara menentu. Contoh:

كذبت ثمود و عاد با القارعة

Turunan dari ayat inilah yang menjadi taqsim. Apa taqsim nya?

فأما  ثمود فأهلكوا با الطاغية و أما عاد فأهلكوا بريح صرصر عاتية

Kemudian, taqsim bisa juga diartikan menyebutkan keadaan sesuatu dengan menyandarkannya kepada masing-masing keadaan yang cocok dengannya. Contoh:

فسوف يأتي الله بقوم يحبهم و يحبونه أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون اومة لائم


10. Ta'kid al-Madh bima Yusybihu adz-Dzam (تأكيد المدح بما يشبه الذم)

Yaitu mengukuhkan pujian dengan sesuatu yang menyerupai celaan.

Ada dua macam: Pertama, dikecualikan dari sifat celaan yang meniadakan sifat pujian atas perkiraan yang masuk ke dalamnya. Contohnya seperti syair:

لا عيبَ فيهم سوى أن النزيل بهم يسلو عن الأهل و الأوطان و الحشم

Kedua, ditetapkan bagi sesuatu sifat pujian dan didatangkan setelahnya dengan adat pengecualian yang diikuti sifat pujian yang lain. Seperti syair:

فتى كملت أوصافه غير أنه جواد فما يبقى على المال باقيا


11. Ta'kid adz-Dzam bima Yusybihu al-Madh (تأكيد الذم بما يشبه المدح)

Yaitu mengukuhkan hinaan dengan sesuatu yang menyerupai pujian. Ada dua macam: Pertama, dikecualikan dari sifat pujian yang meniadakan sifat celaan atas perkiraan yang masuk ke dalamnya. Contohnya seperti syair:

لا فضل للقوم الا انهم لا يعرفون للجار حقه

الجاهل عدو نفسه إلا أنه صديق السفهاء

فلان ليس أهلا للمعروف الا انه يسنى إلى من يحسن اليه

Kedua, ditetapkan bagi sesuatu sifat celaan dan didatangkan setelahnya dengan adat pengecualian yang diikuti sifat celaan yang lain. Seperti syair:

فلان حسود الا انه نمام

هو الكلب الا ان فيه ملالة و سؤ مراعة وما ذاك في الكلب


12. Uslub al-Hakim (أسلوب الحكيم)

Uslubul hakim adalah mukhathab memberikan jawaban yang bukan dinanti seorang penanya sebagai catatan bahwa itulah hal palingvutama yang dimaksud.

Ringkasnya, uslubul hakim ini memberikan jawaban yang lebih bijaksana, tidak sekedar memberikan jawaban atas pertanyaan yang dimaksud.

Pertama, terkadang uslubul hakim diliputi kalam yang menyalahi maksud pembicara.

Contohnya ucapan Qaba'tsari kepada Hajjaj.  Sungguh aku akan menunggangkan untukmu adham (sejenis kuda hitam). Seperti pemimpin yang menunggangi kuda hitam dan kuda belang.

Maka Hajjaj menjawab: yang aku inginkan adalah besi.

Qab'atsari berkata: besi lebih baik dari balid (bodoh).

Yang dimaksud Hajjaj di sini adalah kuda hitam yang diikat dengan besi dan benda khusus yang mencakup Qab'atsari dan kuda adham yang tidak balid.

Kedua, uslubul hakim terkadang dalam bentuk menyodorkan pertanyaan lain yang sesuai dengan keadaan pertanyaaan itu. Contoh:

يسألونك عن الأهلة قل هي مواقيت للناس و الحج



13. Husnu at-Ta'lil (حسن التعليل)

Husnut-ta'lil adalah mengungkapkan suatu sifat bukan karena alasan yang sebenarnya. Contoh:

ما زلزلت مصر من كيد ألم بها   لكنها رقصت من عدلكم طربا


14. I'tilaf al-Lafzh ma'a al-Ma'na (إئتلاف اللفظ مع المعنى)

Yaitu keadaan lafadz-lafadz sesuai tujuan dengan mendatangkan ungkapan syadid (keras) seperti sombong, berani; maupjn ungkapan layyin (lembut) seperti rasa rindu dan minta dikasihani.

Seperti syair:

أرج النسيم سرى مز الزوراء سحرا فأحيا ميت الأحياء


15. Al-Iltifat (الإلتفات)

Al-iltifat adalah perpindahan ungkapan (baik ghaib, mukhathab, maupun mutakallim) kepada dhamir yang lain. Seperti perpindahan dari bentuk mutakallim ke bentuk ghaib atau mukhathab dan sebaliknya.

Contohnya firman Allah Ta'ala:

مٰلِكِ يَوْمِ الدِِّيْنِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيََّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Ayat di atas berpindah dari dhamir ghaib kepada mukhathab.


16. Tajahul al-'Arif  (تجاهل العارف)

 Tajahul al-'arif adalah pertanyaan seseorang tentang sesuatu yang sebenarnya ia ketahui namun pura-pura bodoh atau pura-pura tidak tahu karena adanya tujuan tertentu.

Contohnya firman Allah Ta'ala:

أَفَسِحْرٌ هٰذَا أَمْ أََنْتُمْ لَا تُبْصِرُوْنَ


Demikian mengenai ilmu badi' dari segi keindahan maknawi.